Sejarah Berdiri NU Sumatera Barat dan Susunan Kepengurusannya
NU Online · Selasa, 13 Mei 2025 | 18:03 WIB
Ajie Najmuddin
Kolomnis
Dari dokumen pembentukan pengurus Nahdlatul Ulama (NU), bisa diketahui perkembangan sebuah daerah. Berita pemekaran wilayah, perubahan nama, status sebuah daerah, dan lain sebagainya, akan berimplikasi pada perkembangan organisasi NU di wilayah tersebut.
Seperti yang termaktub dalam arsip Duta Masjarakat (DM) edisi tanggal 1 dan 9 Desember 1959. Artikel-artikel pendek di koran milik NU tersebut, memberitakan pembentukan sejumlah pengurus NU di tingkat wilayah dan cabang yang baru di wilayah Sumatera, menjelang penyelenggaraan Muktamar NU ke XXII di Jakarta.
Lahirnya kepengurusan baru tersebut mengikuti Undang-Undang No. 61 Tahun 1958 yang menetapkan Undang-Undang Darurat No. 19 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Swantantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi, dan Riau menjadi Undang-Undang.
Sebelum menjadi provinsi tersendiri, menurut Gusti Asnan dalam buku Memikir Ulang Regionalisme: Sumatera Barat Tahun 1950-an, Yayasan Obor Indonesia, (2007), wilayah di Sumatera Barat, Riau, dan Jambi masuk dalam Provinsi Sumatera Tengah.
Ketiga daerah tersebut, pada Muktamar NU tahun 1959, kemudian juga menjadi PWNU tersendiri dan mengirimkan utusannya masing-masing. Dalam Buku Kenang-kenangan Mu'tamar ke-XXII Partai NU Tahun 1959 di Djakarta (JAMUNU, 1962) tercatat PWNU Sumatera Barat diwakili oleh Nasir Jusuf Dt R Bandaharo dam KH A Madjid.
Kemudian PWNU Jambi mengirimkan tiga utusan, yakni KH A Qodir Ibrahim (Tanfidziyah), H Mohd Jusuf (Syuriah), dan Kemas H Abdullah (Ma'arif). Sedangkan PWNU Riau hanya mengirimkan seorang utusan dari tanfidziyah, Muchtar Bina.
NU Sumatera Barat
Dalam konteks perkembangan organisasi NU di wilayah pemekaran Sumatera Tengah tersebut, susunan pengurus yang cukup lengkap. Pada rubrik Kronik Partai Harian DM edisi 1 Desember 1959 dan dimuat kembali di edisi 11 Desember 1959 memberitakan pembentukan PWNU Sumatera Barat.
"Atas initiatief beberapa tokoh NU di Sumatera Barat, maka di Padang kini telah dapat dibentuk Pengurus Partai NU Wijayah Sumatera Barat dengan berkedudukan di Padang."
Merujuk pada tanggal pemberitaan, yakni 1 Desember 1959, maka besar kemungkinan terbentuknya PWNU Sumbar terjadi beberapa hari sebelumnya, yakni masih masuk di dalam bulan November 1959. Sedangkan untuk tanggal belum dapat dipastikan.
Adapun susunan pengurus PWNU Sumatera Barat yang pertama, yakni H Silahuddin Junus, H Hasan Arief, H Rahman Ruslim, M Samah Kari Sutan, H Ustaz Sjarif, masing-masing sebagai Rais, Wakil Rais I & II, Katib, Wakil Katib. Kemudian para A'wan yakni H Malik, H Zen Sajur, H Rasjid Telur, Ustadz Zakaria Ibrahim, H Rahman Rusli, H Jasir Sjafeii, A Aziz Tk Mudo, dan A Aziz Aman.
Kemudian untuk Tanfidziyah: KH A Madjid, MH St Makmur, Nasir Jusuf Dt. R Bandaro, Joes Oemar SI, Mirza Edipratjino, H Hasan Arief, Zulkifli Murad, M Jacoeb St Madjo Indo, AB Bermawi, Albizar Djalal, Djamil St Kajo, dan Jusuf Nur. Masing-masing sebagai Ketua, Ketua I dan II, Sekretaris I dan II, Keuangan, Perekonomian, Dakwah, Perburuhan, Pertanian, Pendidikan, Mabarrat, Urusan Veteran, dan Urusan pemuda.
Menyusul kemudian juga dibentuk Banom NU, di antaranya PW GP Ansor Sumatera Barat. Seperti yang termuat dalam DM edisi 9 Desember 1959, dengan susunan sebagai berikut: Abu Bakar, Sahir Tanggirang, Jusuf Noer, Amir Salim, Jusrizal Djamaluddin, Nurian Lawat. Masing-masing sebagai Komisaris, Sekretaris, Ketua Departemen Pendidikan, Ketua Departemen Penerangan, Ketua Departemen Keuangan, dan Ketua Departemen Olahraga.
Di bawah struktur PWNU Sumatera Barat, juga telah terbentuk cabang-cabang NU, di antaranya PCNU Kota Padang, Padang Pariaman, Bukittinggi, Payakumbuh, dan lain-lain. Beberapa nama pengurus yang terlacak di masa itu, seperti PCNU Kota Besar (KB) Padang mengirimkan utusan H Hasan Arif dan Bachtiar Djamili. PCNU KB Padang ini satu-satunya cabang dari Sumatera Barat yang termuat pada Buku Kenang-kenangan Mu'tamar NU ke-XXII .
Kemudian PCNU Payakumbuh dengan susunan pengurus H M Zein Sajoon (Ketua), Datuk Putjuk, Ruslan Sjamsunar (Wakil Ketua), Tuanku Alam sebagai Sekretaris merangkap Bendahara (Lihat DM edisi 8 Desember 1959). Sedangkan PCNU Padang Pariaman yang menjadi pengurus antara lain T Sutan Ibrahim, Sd Djarun Guru, Rasjidi Rasjid, dan lain-lain (Lihat DM edisi 3 Desember 1959).
Nama-nama yang termuat dalam kepengurusan awal di tahun 1959 ini, dalam konteks historiografi sejarah NU di Sumatera, khususnya di Sumbar, setidaknya dapat menjadi petunjuk untuk menelisik jejak perjuangan NU di Ranah Minang, yang melahirkan sejumlah nama beken seperti Usmar Ismail, Asrul Sani, Djamaluddin Malik, dan lain-lain. Namun, yang tak kalah penting adalah, untuk senantiasa memanjatkan doa kepada mereka. Lahumu alfatihah
Ajie Najmuddin, Pemerhati Sejarah NU
Terpopuler
1
Fantasi Sedarah, Psikiater Jelaskan Faktor Penyebab dan Penanganannya
2
Rais 'Aam PBNU Ajak Pengurus Mewarisi Dakwah Wali Songo yang Santun dan Menyejukkan
3
Kisah Levina, Jamaah Haji Termuda Pengganti Sang Ibunda yang Telah Berpulang
4
Pergunu Buka Pendaftaran Beasiswa Kuliah di Universitas KH Abdul Chalim Tahun Ajaran 2025
5
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
6
Inses dalam Islam: Dosa Terbesar Melebihi Zina, Dikecam Sejak Zaman Nabi Adam!
Terkini
Lihat Semua