Merawat Makam Korban Tragedi Reformasi Mei 1998: Mereka Tak Bernama, Tapi Tak Dilupakan
NU Online · Rabu, 21 Mei 2025 | 20:30 WIB

Satu dari seratus makam tanpa nama, korban tragedi Mei 1998, di TPU Pondok Ranggon, Jakarta. Gambar ini diambil pada Rabu (21/5/2025). (Foto: NU Online/Suwitno)
Suwitno
Kontributor
Jakarta, NU Online
Hujan deras mengguyur Taman Pemakaman Umum (TPU) Pondok Ranggon, Cipayung, Jakarta Timur, Rabu (21/5/2025).
Langit runtuh dan bergemuruh, seolah ikut mengingat akan pahitnya tragedi Mei 1998, tepat 27 tahun lalu.
NU Online berkunjung ke TPU Pondok Ranggon yang terdapat ratusan makam korban tragedi Mei 1998. Makam-makam tersebut berjajar rapi dan bersih tanpa identitas. Semua batu nisan Makam hanya tertulis: Korban Tragedi 13-15 Mei 1998 Jakarta.Â
Maman (49), seorang petugas pemakaman dengan rajin membersihkan dan merapikan makam-makam tersebut. Saat dijumpai NU Online, Maman sedang membersihkan area makam tersebut yang sedari pagi sudah diziarahi.
"Ini makam korban kebakaran Mal Klender pada kerusuhan Mei 1998. Total seluruhnya yaitu seratus makam. Yang ziarah di sini ya paling pas momen peringatan kejadian atau tragedi Reformasi 1998 saja. Apalagi dari tanggal 15 Mei kemarin sudah ramai," katanya.

Menurut Maman, merawat dan merapikan makam-makam tanpa nama ini merupakan amanah yang harus ia kerjakan.
"Kalau pesan untuk kita sih suruh menjaga kebersihan dan kerapian makam ini saja, jangan sampai kotor," ujarnya.
Maman terlihat serius membersihkan makam-makam tersebut. Ia menyapu dan memunguti sampah yang terdapat di sela-sela makam.
Lebih lanjut, Maman bercerita bahwa pertama kali ia bertugas di makam itu perasaanya tidak karuan dan merasa sedih.
"Pertama kali ditugaskan merawat makam ini itu tahun 2016. Perasaan saya ya sedih, karena kita juga punya anak, bagaimana kalau anak kita nasibnya seperti mereka," ungkapnya.

Makam-makam itu istimewa, tidak seperti makam yang lainnya, karena menurut Maman, pembiayaan untuk perawatan langsung dari Pemerintah Daerah (Pemda), dan hanya diziarahi setahun sekali.
"Soalnya makam-makam ini itu istimewa nggak kayak makam lain. Kalau makam yang lain kan masih ada keluarganya yang datang setiap hari, kalau makam ini setahun sekali," kata Maman.
"Miris juga sih dengar kisahnya. Jadi korban ini tidak sepenuhnya salah, mereka kena (salah) sasaran saja," lanjutnya merasa miris.
Terakhir, Maman berpesan dan berharap agar kejadian serupa tidak terulang lagi. Menurutnya, perlu adanya persatuan dan kedamaian.
"Pesannya sih untuk mengingat 27 tahun Reformasi. Mari kita bersatu untuk kedamaian. Jangan lagi ada kejadian kerusuhan seperti ini lagi," pungkas Maman.
Terpopuler
1
Rais 'Aam PBNU Ajak Pengurus Mewarisi Dakwah Wali Songo yang Santun dan Menyejukkan
2
Fantasi Sedarah, Psikiater Jelaskan Faktor Penyebab dan Penanganannya
3
Kisah Levina, Jamaah Haji Termuda Pengganti Sang Ibunda yang Telah Berpulang
4
Pergunu Buka Pendaftaran Beasiswa Kuliah di Universitas KH Abdul Chalim Tahun Ajaran 2025
5
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
6
Inses dalam Islam: Dosa Terbesar Melebihi Zina, Dikecam Sejak Zaman Nabi Adam!
Terkini
Lihat Semua