Perkuat Moderasi Beragama, Aktivis Media Harus Dekati Muslim Milenial
NU Online · Rabu, 31 Mei 2023 | 19:00 WIB

Kegiatan bertema Peta Moderasi Beragama di Kelompok Media yang digelar di Jakarta, Selasa (30/5/2023).
Ali Musthofa Asrori
Penulis
Jakarta, NU Online
Sebagian dari muslim milenial mengidentifikasikan diri sebagai kelompok hijrah. Mereka memiliki setidaknya sejumlah karakteristik yang patut menjadi perhatian para aktivis dan jurnalis media keislaman moderat.
Karakteristik generasi muslim baru ini, pertama, tech savvy (memiliki ketergantungan terhadap teknologi). Kedua, semangat keberagamaan yang tinggi. Ketiga, memiliki adopsi yang tinggi terhadap nilai-nilai keagamaan. Keempat, memiliki banyak uang dan memiliki keleluasaan dana untuk berdonasi.
“Empat karakteristik muslim milenial ini harus kita dekati agar tidak didahului oleh pihak-pihak yang memiliki pandangan keagamaan yang salah,” kata Alvara Research Center Founder, Hasanuddin Ali dalam kegiatan bertema Peta Moderasi Beragama di Kelompok Media yang digelar di Jakarta, Selasa (30/5/2023).
Baca Juga
Menjadi Generasi Milenial yang Cerdas
Sekretaris Lakpesdam PBNU ini mengatakan bahwa anak muda dan digital seperti sepasang sisi mata uang, tidak bisa dipisahkan. Konsumsi internet yang sangat tinggi sangat berpengaruh terhadap perilaku anak muda.
“Derasnya arus informasi yang mereka terima membuat mereka tidak mampu mencerna informasi secara mendalam. Mereka gampang berpindah dari informasi satu ke informasi lain,” ungkapnya.
Menurut dia, dalam hal sosial agama, anak muda adalah generasi bebas merdeka. Mereka tidak mudah terikat dalam satu kelompok tertentu. ini tercermin dari identifikasi afiliasi ormas yang mereka ikuti. Lebih dari 60% dari mereka tidak merasa terafiliasi dengan ormas mana pun.
“Pemahaman keagamaan pun sebagian besar mereka dapatkan dari media digital, terutama YouTube dan media sosial lain yang berbasis visual. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika para ustadz yang sering muncul di medsos lebih berpeluang menjadi ustadz panutan anak muda,” papar Hasan.
Contoh paling terkini adalah Ustadz Hanan Attaki. Gen Z yang mengidolakan dai muda milenial asal Aceh ini berada di peringkat 10 besar di antara para ustadz dan ulama di Indonesia.
“Jadi, mengalahkan kiai-kiai besar yang mumpuni dan kompeten. Misalnya, Gus Mus dan Gus Baha,” papar Hasan.
“Jadi, Gus Mus dan Gus Baha di kalangan Gen Z kalah dengan Ustadz Hanan Attaki. Meskipun di generasi yang lebih tua beliau berdua lebih tinggi daripada Hanan Attaki,” sambungnya.
Dalam kesempatan itu, ia memaparkan tentang penetrasi media sosial di Indonesia berdasarkan generasi. Facebook hampir disukai oleh seluruh generasi. Uniknya, TikTok sebagai platform yang relatif baru mampu menyodok ke posisi tiga di bawah Instagram dan di atas Twitter.
“Untuk Gen Z, Facebook 85,6 persen. Instagram 75,3 persen. TikTok ini 54,1 persen. Twitter 13 persen. Untuk Milenial, Facebook 88,1 persen. Instagram 56,5 persen. TikTok 41,2 persen. Twitter 6,7 persen.
Pewarta: Musthofa Asrori
Editor: Muhammad Faizin
Terpopuler
1
Fantasi Sedarah, Psikiater Jelaskan Faktor Penyebab dan Penanganannya
2
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
3
Pergunu Buka Pendaftaran Beasiswa Kuliah di Universitas KH Abdul Chalim Tahun Ajaran 2025
4
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
5
Kabar Duka: Ibrahim Sjarief, Suami Jurnalis Senior Najwa Shihab Meninggal Dunia
6
Ribuan Ojol Gelar Aksi, Ini Tuntutan Mereka ke Pemerintah dan Aplikator
Terkini
Lihat Semua