Nasional

Meski Hidup di Zaman Kekacauan Informasi, Sosok Kiai Tak Pernah Samar Melihat Kebenaran

NU Online  ·  Jumat, 2 Mei 2025 | 17:30 WIB

Meski Hidup di Zaman Kekacauan Informasi, Sosok Kiai Tak Pernah Samar Melihat Kebenaran

Mustasyar PBNU KH Maruf Amin saat menyampaikan ceramah agama dalam Halal Bihalal PCNU Kota Bekasi, di Pesantren Mahasina, Pondok Gede, Kota Bekasi, Jawa Barat, pada Kamis (1/5/2025). (Foto: dok. PCNU Kota Bekasi)

Bekasi, NU Online

Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ma’ruf Amin menjelaskan beberapa tantangan saat ini yaitu kekacauan informasi yang disruptif dan kecenderungan meninggalkan kebenaran di jalan Allah.


“Di zaman ini, banyak kekacauan informasi. Banyak Informasi yang disruptif, yang benar dikatakan salah dan yang salah dikatakan benar, banyak orang yang melihat kebenaran itu samar karena saking canggihnya media,” jelasnya saat menghadiri Halal Bihalal di Pesantren Mahasina, Pondok Gede, Kota Bekasi, Jawa Barat pada Kamis (1/5/2025) malam.


Kiai Ma’ruf menekankan pentingnya hati-hati. Ia juga memastikan bahwa sosok kiai tidak akan pernah samar dalam melihat kebenaran, meskipun hidup di zaman kekacauan informasi.  


“Kiai tidak akan samar, tidak dikhawatirkan terjadinya kesamaran jalan karena kiai sudah paham, apa itu yang benar dan yang salah? Tetapi bagi mereka yang awam menjadi kesamaran,” ungkapnya.


Selanjutnya, Kiai Ma’ruf menjelaskan mengenai tantangan saat ini mengenai fitnah dan masyarakatnya mulai meninggalkan kebenaran, kecuali orang yang dikehendaki Allah.


“Yang dihormati, disyukuri, dihargai adalah orang yang disukai mereka walaupun mereka tidak istiqamah di jalan Allah dan yang dicela oleh mereka adalah orang yang tidak sesuai dengan selera mereka walaupun orang itu hamba yang shaleh,” jelasnya.


Kiai Ma’ruf juga menjelaskan tentang tugas berat Nahdlatul Ulama (NU), salah satunya mengajak orang berjalan di jalan Allah.


“Tugas Nahdlatul Ulama berat. Ulama itu paling tidak punya dua kesepakatan. Yang pertama mitsaq rabbani, kesepakatan dengan Allah. Yang kedua mitsaq wathani, kesepakatan dengan sesama bangsa,” jelas Rais Aam PBNU 2015-2019 itu.


Mitsaq rabbani merupakan kesepakatan antara Allah dengan para nabi, tetapi karena para ulama sebagai pewaris nabi maka makna mitsaq itu menjadi mitsaq para ulama.


“Kesepakatan Allah dengan para nabi itu berat, karena mengajak supaya orang berjalan di jalan Allah. Supaya manusia ini berjalan fii sabilillah,” tambahnya.


Selanjutnya, Kiai Ma’ruf memberikan contoh mengenai mitsaq wathani yaitu Pancasila, UUD 1945, dan NKRI. Mitsaq rabbani tidak saling bertentangan dengan mitsaq wathani karena bentuk NKRI diterima secara penuh oleh para ulama.


Peningkatan manajemen organisasi NU

Ketua PBNU KH Ulil Abshar Abdalla menyampaikan bahwa saat ini, PBNU berhasil melaksanakan perbaikan dan peningkatan dalam manajemen organisasi.


“Memang selalu tema dan masalah yang menjadi tantangan warga NU adalah meningkatkan warga NU dari jamaah menjadi jam'iyah, dari kumpul-kumpul halal bihalal seperti ini menjadi organisasi yang tertib. Itu tantangan besar kita minal jamaah ilal jam'iyah,” katanya.


Gus Ulil juga menjelaskan bahwa upaya untuk menjam'iyahkan warga NU sudah diusahakan sejak dahulu dan terus berlangsung hingga saat ini, mulai dari tingkat terendah sampai ke pusat.


“Usaha untuk menjam'iyahkan warga NU ini tidak pernah selesai, berlangsung terus, dan harus diteruskan, baik di tingkat pusat sampai tingkat wilayah, cabang, ranting, sampai anak ranting. Kita punya tantangan menjam'iyahkan warga NU, yaitu membuat warga NU dari sekadar kumpul-kumpul menjadi sebuah organisasi,” tegas Gus Ulil.