Kiai Marzuki Mustamar Ingatkan Jangan Sembarang Pilih Ustadz dalam Mencari Ilmu
NU Online · Senin, 20 Februari 2023 | 18:00 WIB
Jakarta, NU Online
Kemajuan teknologi telah memudahkan siapapun untuk melakukan banyak aktivitas di ranah digital, termasuk dalam memenuhi kebutuhan ilmu pengetahuan agama.
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, KH Marzuki Mustamar, mengingatkan perintah agar tidak sembarangan memilih ustadz atau guru dalam mendapatkan ilmu.
Perintah tersebut disandarkan pada hadits yang berbunyi:
قَالَ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ إِنَّ هَذَا الْعِلْمَ دِينٌ فَانْظُرُوا عَمَّنْ تَأْخُذُونَ دِينَكُمْ
“Diriwayatkan dari Ibnu sirin, ‘Adapun ilmu ini agama. Maka lihatlah dari siapakah kalian semua mengambil agamamu,” terangnya dalam tayangan video KH Marzuqi Mustamar: Perintah Memilih Ustadz dalam Mendapatkan Ilmu dikutip NU Online Senin (20/2/2023).
Di tengah kemudahan akses mendapatkan ilmu melalui internet, Kiai Mustamar menekankan untuk selalu kembali kepada guru dan ustadz yang jelas sanad keilmuannya.
“Jika ingin dapat ilmu yang pas benar, kita juga harus memilih guru atau pondok. Kalau sembarangan ambil dari Google, tidak benar,” jelasnya.
Bahkan, lanjutnya, untuk sekadar ngaji pun, seseorang dianjurkan untuk memilih guru atau kiai yang mengajarkan agar tidak sembarangan.
“Kiai sekadar ngaji kitab kuning, nahwu-sharaf, balaghah, tafsir, kita juga harus memilih guru. Difilter, diseleksi jangan sembarangan,” ungkapnya.
Ia kemudian menjelaskan, bahwa agama bukan hanya berupa materinya ilmu semata. Lebih dari itu, ilmu tersebut juga mencakup tentang bagaimana meriwayatkan agama yang berarti terkait hadits sanad.
“Bagaimana memahami agama dengan benar, berarti melalui nahwu-sharaf, balaghah yang seperti itu juga termasuk namanya ilmu. Jangan dikira ilmu itu hanya tentang rukunnya shalat saja,” tuturnya.
Misalnya, Kiai Mustamar mencontohkan, ketika seseorang mencari panutan orang alim atau guru yang memahami Al-Qur’an dan hadits. Maka, guru tersebut harus memahami Al-Qur’an dan hadits. Untuk memahami Al-Qur’an dan hadits tersebut, ia juga harus memahami nahwu sharaf untuk menghindari kekeliruan.
“Kalaupun harus alim balaghah, mantiq, ulama pun sama. Kalaupun ulama supaya tidak salah memahami Al-Qur’an dan hadits harus mengerti ushul fiqih, asbabun nuzul, nasikh mansukh, ‘aam, takhshish, mutlak, muqayyad, mubham, mubayyan, mujmal, dan segala macam muqaddam, mu’akhar, ulama semuanya juga harus mengerti itu,” paparnya.
Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Muhammad Faizin
Terpopuler
1
Fantasi Sedarah, Psikiater Jelaskan Faktor Penyebab dan Penanganannya
2
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
3
Pergunu Buka Pendaftaran Beasiswa Kuliah di Universitas KH Abdul Chalim Tahun Ajaran 2025
4
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
5
Kabar Duka: Ibrahim Sjarief, Suami Jurnalis Senior Najwa Shihab Meninggal Dunia
6
Ribuan Ojol Gelar Aksi, Ini Tuntutan Mereka ke Pemerintah dan Aplikator
Terkini
Lihat Semua