KH Miftachul Akhyar Dorong Masyarakat Hindari Kegaduhan dan Kekacauan
NU Online · Sabtu, 20 Januari 2024 | 08:15 WIB

Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar saat memberikan sambutan pada Harlah ke-78 Muslimat NU di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta, Sabtu (20/01/2024). (Foto: tangkapan layar Youtube NU Online)
Syarif Abdurrahman
Kontributor
Jakarta, NU Online
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftahul Akhyar mengajak seluruh jajaran NU, Banom serta masyarakat luas untuk menghindari kekacauan, kegaduhan, dan taat pada pemimpin. Hal itu disampaikan Kiai Miftach saat memberikan sambutan pada Harlah ke-78 Muslimat NU di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta, Sabtu (20/01/2024).
"Saya minta kepada jajaran NU beserta banomnya, mari berikan ketaatan, itu keindahan NU. Bukan karena pimpinan ingin ditaati. Karena ketaatan adalah modal besar," jelasnya.
Kiai Miftah menambahkan, dalam NU, yang berakidah Ahlussunah wal Jamaah, warga akan selalu menunjukkan sikap dan taat kepada pimpinan. Mendengarkan dengan sesungguhnya dan menaati apa yang sudah jadi keputusan pemimpin.Â
Pemimpin yang dimaksud di sini bisa bermakna pimpinan organisasi, pimpinan negara, ulil amri, meskipun Indonesia bukan negara berdasarkan agama. Secara darurat pemimpin negara adalah pemimpin yang harus ditaati.
"Sehingga barang siapa yang menaati pemimpin dalam segala lapisan, maka Allah akan memuliakannya," tegas tokoh asal Surabaya ini.
Dikatakannya, apabila pemimpin sudah disepakati maka harus ditaati. Jika tidak sepakat dengan kebijakan atau keputusan maka jangan berkhianat.Â
Hal tersebut untuk menjaga ketentraman, jangan sampai langkah dan ucapan karena tidak suka dengan pemimpin membuat gaduh di tengah masyarakat. Terjadi perpecahan di mana-mana dan menyebabkan kerusakan lebih besar.Â
Dalam pandangan Kiai Miftah, barang siapa menghinakan para pemimpin, menyebarkan kabar buruk tentang pemimpin yang bertujuan merusak nama baiknya, meremehkan pemimpin maka Allah akan membalasnya.Â
Dikarenakan, orang yang hobi menyebarkan kabar jelek, terhadap orang yang telah beriman kepada Allah. Maka akan mendapatkan siksa, sanksi di dunia dan akhirat.
"Karena ciri karakter orang NU, menyimpan rasa saudaranya. Apalagi kabar tersebut tidak valid, tanpa tabayun, klarifikasi," tandasnya.
Terpopuler
1
Fantasi Sedarah, Psikiater Jelaskan Faktor Penyebab dan Penanganannya
2
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
3
Pergunu Buka Pendaftaran Beasiswa Kuliah di Universitas KH Abdul Chalim Tahun Ajaran 2025
4
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
5
Kabar Duka: Ibrahim Sjarief, Suami Jurnalis Senior Najwa Shihab Meninggal Dunia
6
Ribuan Ojol Gelar Aksi, Ini Tuntutan Mereka ke Pemerintah dan Aplikator
Terkini
Lihat Semua