Gus Mus Jelaskan Keistimewaan Al-Qur’an sebagai Mukjizat Nabi Muhammad
NU Online · Selasa, 27 Mei 2025 | 14:00 WIB

Mustasyar PBNU KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) saat ngaji Tafsir Al-Ibris di kediamannya, Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh Rembang, Jawa Tengah. (Foto: Tangkapan layar Youtube GusMus Channel)
A. Syamsul Arifin
Penulis
Rembang, NU Online
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) menjelaskan bahwa Al-Qur’an sebagai mukjizat besar Nabi Muhammad memiliki keistimewaan tersendiri daripada mukjizat-mukjizat yang diberikan Allah kepada nabi-nabi sebelumnya.
Al-Qur’an hingga sekarang masih bisa dilihat, dibaca, dan dipelajari. Berbeda dengan mukjizat-mukjizat nabi yang lain. Meski berupa benda, tapi umat sekarang tidak ada yang mengetahuinya.
"Karena yang dulu-dulu (mukjizat nabi) sudah tidak ada. Tongkatnya Nabi Musa sudah tidak ada. Saya pernah di museum paling besar, di Turki. Rambutnya Nabi Muhammad masih ada (di sana), pedang Sayyidina Ali ada, tapi tongkatnya Nabi Musa tidak ada," ungkapnya saat Ngaji Tafsir Al-Ibris, surat Al-An'am diakses NU Online dari kanal Youtube Gus Mus Channel, pada Selasa (27/5/2025).
Apalagi mukjizat Nabi Isa yang melekat dengan dirinya sendiri, antara lain diberikan kemampuan menghidupkan orang yang sudah meninggal dan bisa membuat mata di kepala. Namun, saat Allah mengangkatnya, mukjizat itu pun sudah tidak pernah lagi dapat dilihat.
"Yang masih ada tanda bukti kenabian atau mukjizat itu, Nabi Muhammad. Apa ayatnya (tandanya)? Al-Qur’an ini. Sampai sekarang kita masih bisa menyaksikan," ungkap ulama asal Rembang, Jawa Tengah ini.
Keistimewaan Al-Qur’an yang lain adalah ayat-ayatnya yang tidak bisa ditiru. Begitu juga dengan sastra yang terkandung di dalamnya. Bahkan, Al-Qur’an menantang orang-orang yang tidak mengimaninya agar membuat ayat yang serupa.
"Kalau nggak yakin, buat satu ayat saja, tidak perlu satu surat, kepanjangan. Al-Qur’an sendiri menegaskan, kalau masih ragu-ragu dengan Al-Qur’an, buatlah ayat yang serupa, tidak akan bisa," jelas Gus Mus.
Meskipun di zaman yang serba modern dan canggih seperti sekarang, Gus Mus menegaskan, tidak akan ada yang mampu menandingi ayat-ayat Al-Qur’an.
"Sekarang ada alat-alat canggih, ada AI, jajal (coba) buat satu ayat saja, (tidak akan bisa). Sampai sekarang tidak ada sayembara membuat ayat seperti ayat di Al-Qur’an," ucapnya.
Gus Mus kemudian menerangkan masyarakat Arab yang kala itu tidak menerima ajaran-ajaran Al-Qur’an, terutama tentang ketauhidan. Menurutnya, kalau mereka mau berpikir dengan nalar sehat, sebenarnya bisa dengan mudah mengimaninya.
Pada zaman itu, kata pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh Rembang ini, masyarakat Arab umumnya tidak bisa membaca dan menulis (ummi) serta belum tersentuh peradaban budaya-budaya barat dan timur.
Namun pada saat yang sama, ada orang bernama Muhammad membawa risalah dalam Al-Qur’an. Padahal, Nabi Muhammad juga dikenal ummi, tapi justru mampu menyampaikan Al-Qur’an, mulai tentang ketauhidan hingga ilmu pengetahuan dengan tingkat sastra yang tidak biasa-biasa saja.
"Isinya ayat-ayat Al-Qur'an itu banyak mengandung ilmu pengetahuan zaman kuno, sampai zaman modern, sampai zaman akhir. Lha ini Nabi Muhammad bisa menyampaikan Al-Qur'an. Kalau bisa mikir, kok bisa menyampaikan ayat yang sastranya tinggi. Dari mana? Kalau mau mikir orang Arab kala itu, kayak Abu Bakar, Sahabat Ali, dan sahabat yang lain, langsung iman," tegasnya.
Terpopuler
1
Idul Adha Berpotensi Tak Sama, Ketinggian Hilal Dzulhijjah 1446 H di Indonesia dan Arab Berbeda
2
Pemerintah Tetapkan Idul Adha 1446 H Jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025 M
3
Hilal Terlihat, PBNU Ikhbarkan Idul Adha 1446 H Jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025
4
Gus Baha Ungkap Baca Lafadz Allah saat Takbiratul Ihram yang Bisa Jadikan Shalat Tak Sah
5
Pengrajin Asal Cianjur Sulap Tenda Mina Jadi Pondok Teduh dan Hijau
6
Pos-Pos Petugas Penentu Kelancaran Lalu Lintas Jamaah di Jamarat Mina
Terkini
Lihat Semua