Gus Baha Ungkap Keterbatasan yang Jadi Kelebihan Manusia
NU Online · Selasa, 28 Januari 2025 | 19:00 WIB

Gus Baha saat menyampaikan ceramah dalam peringatan Isra Miraj di Masjid Istiqlal, Senin (27/1/2025). (Foto: NU Online/Suwitno)
Achmad Risky Arwani Maulidi
Kontributor
Jakarta, NU Online
Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) mengungkapkan tentang keterbatasan manusia yang menjadi kelebihan.
Hal itu disampaikan Gus Baha dalam peringatan Isra' Mi'raj 1446 H di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat pada Senin (27/1/2025).
Gus Baha mengatakan bahwa pandangannya itu bersumber dari hadits yang ditulis Muhammad bin Ismail dalam karyanya, Shahih Bukhari. Andaikan manusia mengetahui hal-hal ghaib, terang Gus Baha, mereka akan menambah produktivitasnya dalam beribadah atau berzikir.
"Ada keterbatasan yang menjadi kelebihan kita, yaitu (mengetahui) Allah," ungkap Gus Baha setelah mengutip hadits itu.
Bagi Gus Baha, perilaku keimanan ini termasuk dalam kategori keberimanan kepada hal-hal ghaib sebagaimana dalam ayat kedua Surat Al-Baqarah. Meski demikian, umat Islam semestinya memprioritaskan rasionalitas dalam memahami ajaran-ajaran Islam.
Dalam hal ini, Gus Baha bercerita mengenai seseorang yang ditanya soal cara membuktikan bahwa Allah itu satu. Lalu pertanyaan itu dijawab dengan ungkapan bahwa angka satu sebagai permulaan dari angka-angka berikutnya. Begitu pula bentuk gambar yang tidak akan terlihat wujud gambar manakala tidak berawal dari titik.
"Jadi segampang itu menerangkan ayat Qulhuwallahu ahad, Allah itu satu, karena angka dua, tiga, sampai triliunan itu nisbatul far'i ilal ashli (suatu cabang bergantung pada asal)," terang kiai asal Rembang itu. Â
Gus Baha juga mengutarakan siasat terhadap keterbatasan manusia dalam proses penghambaan kepada Allah, sebagaimana diteladankan Nabi Muhammad yang menambahkan frasa wa mil'u maa syi'ta min syai in ba'du pada bacaan saat i'tidal.
"Misalnya Nabi Muhammad memuji begini: lakal hamdu mil'us samawati, wa mil'ul ardhi, seluas langit, seluas bumi itu nggak keren, karena bagaimana pun luas langit dan bumi ini tetap mahshurah (terbatas)," ungkap Pengasuh Pondok Pesantren LP3IA Rembang, Jawa Tengah itu.
Keterbatasan itu pun tak perlu disesali, kata Gus Baha, karena justru telah dicontohkan Nabi Muhammad yang sekaligus menjadi sumber keberuntungan bagi umat Islam, terutama mereka yang tidak semasa dengan nabinya.
"Ini (tidak bertemu tetapi tetap iman) kenapa? Karena kita diajari terus menerus oleh Rasulullah," pungkas salah satu Dewan Pakar Bayt Al-Quran, Tangerang Selatan itu.
Sebagai informasi, hadir pula dalam agenda tersebut Menteri Agama (Menag) RI Prof Nasaruddin Umar, Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR) Nusron Wahid, Ketua MPR RI Ahmad Muzani, Pimpinan Majelis Rasulullah Habib Abdullah bin Ja'far Assegaf serta ribuan jamaah lainnya.
Terpopuler
1
Fantasi Sedarah, Psikiater Jelaskan Faktor Penyebab dan Penanganannya
2
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
3
Pergunu Buka Pendaftaran Beasiswa Kuliah di Universitas KH Abdul Chalim Tahun Ajaran 2025
4
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
5
Kabar Duka: Ibrahim Sjarief, Suami Jurnalis Senior Najwa Shihab Meninggal Dunia
6
Ribuan Ojol Gelar Aksi, Ini Tuntutan Mereka ke Pemerintah dan Aplikator
Terkini
Lihat Semua