Delapan Elemen Penting Terkait Literasi Digital
NU Online Ā· Sabtu, 30 Juli 2022 | 13:15 WIB

Sosialisasi Literasi Digital LP Ma'arif NU Kecamatan Seputih Raman, Lampung Tengah, Lampung dengan tema Peran dan Peluang Gen Z di Era Digital, Sabtu (30/7/2022).
Syarif Abdurrahman
Kontributor
Lampung Tengah, NU Online
Dosen Universitas Garut Irfan Nabhani menjelaskan delapan elemen penting terkait literasi digital yang perlu diketahui oleh masyarakat, khususnya generasi muda.
Baca Juga
Teladan Literasi Damai Nabi Muhammad
Hal ini disampaikannya saat mengisi acara Sosialisasi Literasi Digital LP Ma'arif NU Kecamatan Seputih Raman, Lampung Tengah, Lampung dengan tema Peran dan Peluang Gen Z di Era Digital, Sabtu (30/7/2022).
Delapan elemen penting terkait literasi digital tersebut meliputi pemahaman terkait digital, inovasi, pemahaman terhadap kinerja jejaring dan komunikasi dunia digital, elemen kepercayaan diri dan tanggung jawab, elemen kreatif, elemen kritis terhadap suatu konten dan elemen tanggung jawab sosial.
āDiharapkan kita bukan sebagai penikmat tapi juga memanfaatkannya. Harus cerdas dalam berselancar di dunia digital. Makanya perlu mengetahui elemen terkait literasi,ā kata Irfan.
Menurutnya, kegagalan dalam memahami literasi digital secara utuh akan menyebabkan banyak kerusakan dan kerugian di tengah masyarakat. Salah satu dampak nyata tersebut yaitu polarisasi di dalam pemilu.
āKenapa kita perlu belajar literasi digital dan ada program moderasi beragama di Kementerian Agama, agar proses pemilu yang berlangsung 6-9 bulan tidak ada polarisasi lagi. Dampaknya cukup lama, padahal yang bertarung sudah damai,ā ujarnya.
Irfan beralasan, polarisasi ini terjadi karena tidak memahami tujuan bermedia sosial dan gagal memahami elemen tanggung jawab sosial. Bahwa sesuatu yang sudah di-upload ke media sosial akan abadi dan bisa dilihat orang banyak.
āKarena hasil dari pemilu ada polarisasi dua kutub, kadrun atau kampret dan cebong. Gerakan ini juga bermulai dari dunia maya,ā jelasnya.
Dikatakan, digitalisai mengubah gaya hidup masyarakat. Cara belajar pun mulai berbeda, termasuk baca buku. Hal serupa juga berlaku pada sisi kehidupan lain seperti makan dan nonton bioskop.Ā
āDunia berada dalam genggaman, sehingga perlu ada sikap bijaksana dalam menyikapi dunia digital,ā tegasnya.
Sementara itu, digitalisasi dalam dunia pendidikan Nahdliyin sifatnya komplementer. Karena masih butuh ada pengajaran adab secara langsung, contoh dan karakter.
Berbagai informasi yang diterima dan akses belajar yang mudah diharapkan memberikan ilmu baru bagi siswa. Efisiensi dalam belajar.
āGuru bersifat fasilitator, angkatan pekerja juga berbeda. Setiap anak memiliki zaman masing-masing. Cara komunikasinya berbeda, ada yang komunikasi lewat status dan story,ā tambahnya.
Hal serupa disampaikan oleh Supriyanto, baginya generasi muda harus bisa menahan diri dalam bermedia sosial. Ketika ada sesuatu yang mencurigakan atau bombastis, maka dipastikan informasinya.
āSebelum sharing, cek lagi, pantas atau tidak, jangan langsung dibagikan,ā tandasnya.
Pewarta: Syarif Abdurrahman
Editor: Fathoni Ahmad
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Tujuh Amalan yang Terus Mengalir Pahalanya
2
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
3
Fantasi Sedarah, Psikiater Jelaskan Faktor Penyebab dan Penanganannya
4
Khutbah Jumat: Menyambut Idul Adha dengan Iman dan Syukur
5
Pergunu Buka Pendaftaran Beasiswa Kuliah di Universitas KH Abdul Chalim Tahun Ajaran 2025
6
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
Terkini
Lihat Semua