Alasan Terjadinya Tahun Kabisat, Februari 29 Hari Tiap 4 Tahun Sekali
NU Online · Selasa, 28 Februari 2023 | 10:00 WIB

Setiap empat tahun sekali, Februari memiliki tanggal 29 atau berjumlah 29 hari. Hal ini dilatarbelakangi gerak semu tahunan matahari 365,25 hari. (Ilustrasi: NU Online/Freepik)
Muhammad Syakir NF
Penulis
Jakarta, NU OnlineÂ
Hari di bulan Februari biasanya berjumlah 28 hari. Namun, setiap empat tahun sekali, Februari memiliki tanggal 29 atau berjumlah 29 hari. Hal ini dilatarbelakangi gerak semu tahunan matahari 365,25 hari.
"Di masa Julius Caesar diketahui gerak semu tahunan matahari adalah 365,25 hari sehingga ditetapkan jumlah hari dalam setahun adalah 365 hari," terang Muh Ma'rufin Sudibyo, Wakil Sekretaris Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), kepada NU Online pada Senin (27/2/2023).
Untuk masa sisanya, yakni 0,25 hari per tahun, akan terkumpul menjadi satu hari setiap empat tahun sekali. Untuk itu, maka setiap empat tahun sekali jumlah dalam setahun itu menjadi 366 hari (tahun kabisat).
"Satu hari tambahan tersebut dibebankan kepada bulan Februari, sehingga menjadi 29 hari," terang Ma'rufin.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa rumusan ini berlaku hingga 16 abad penanggalan Syamsiyyah atau berdasarkan matahari berikutnya.
Meskipun sekitar 400 tahun pasca Julius Caesar, disadari bahwa gerak semu tahunan matahari adalah sedikit lebih kecil dibanding 365,25 hari. Dengan begitu, pada masa konsili Nicea, diputuskan ada 3 tanggal di tahun 325 Miladiyah yang dihapus.
"Sehingga titik musim semi, yakni saat posisi matahari tepat berada di titik potong ekliptika dan ekuator langit, tetap terjadi pada 20 / 21 Maret, sesuai aturan kalender," jelas Ma'rufin.
Kemudian, baru di tahun 1582 Miladiyah dilakukan koreksi selanjutnya yang lebih detail. Ditetapkan bahwa pada tahun itu terdapat 10 tanggal yang dihapus. Selanjutnya dirumuskan bahwa tahun kabisat adalah tahun-tahun non-abad yang habis dibagi empat dan tahun-tahun abad (misalnya 1600, 1700 dst) yang habis dibagi 400.
Ma'rufin juga menegaskan bahwa Februari tetap berperan sebagai "bulan sisa" yang menampung sisa hari dalam setahun yang belum terakomodasi di bulan-bulan yang lain.
Di masa kekuasaan Augustus, yang menetapkan bulan Sixtilius menjadi Agustus dengan panjang hari menjadi 31 hari (semula 30 hari), maka posisi bulan Februari menjadi lebih pasti, yakni dengan jumlah hari sebanyak 28 (untuk tahun biasa).
Pewarta: Syakir NF
Editor: Fathoni Ahmad
Terpopuler
1
Fantasi Sedarah, Psikiater Jelaskan Faktor Penyebab dan Penanganannya
2
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
3
Pergunu Buka Pendaftaran Beasiswa Kuliah di Universitas KH Abdul Chalim Tahun Ajaran 2025
4
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
5
Kabar Duka: Ibrahim Sjarief, Suami Jurnalis Senior Najwa Shihab Meninggal Dunia
6
Ribuan Ojol Gelar Aksi, Ini Tuntutan Mereka ke Pemerintah dan Aplikator
Terkini
Lihat Semua