Internasional

Tiba di Indonesia, Penerima Beasiswa Peradaban NU Scholarship Asal Nigeria Ikuti Orientasi

NU Online  ·  Sabtu, 3 Mei 2025 | 13:00 WIB

Tiba di Indonesia, Penerima Beasiswa Peradaban NU Scholarship Asal Nigeria Ikuti Orientasi

Dua penerima Beasiswa Peradaban NU Scholarship asal Nigeria (tengah) saat mengikuti orientasi di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Jumat (2/5/2025). (Foto: istimewa)

Jakarta, NU Online

Nahdlatul Ulama Scholarship (NUS) menyelenggarakan Beasiswa Peradaban yang fokus penerima manfaatnya adalah mahasiswa luar negeri. Mereka akan belajar di Indonesia dengan jenjang strata 1 (S1).


Kali ini, mahasiswa yang beruntung mendapatkan beasiswa yang merupakan projek pilot dengan pelaksana program Lakpesdam PBNU ini di antaranya adalah dua mahasiswa asal Nigeria yang datang pada gelombang I ini, yaitu Sadiq Ibrahim Adamu dan Abdullahi Muhammad Suleiman.


Keduanya telah sampai di Indonesia pada Kamis (1/5/2025) malam dan melaksanakan kegiatan orientasi pada Jumat (2/5/2025) di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Senen, Jakarta Pusat. 


Keduanya disambut hangat oleh Ketua PBNU KH Ulil Abshar Abdalla atau yang akrab disapa Gus Ulil. Keduanya akan menempuh studi S1 di Indonesia sekaligus mendalami keilmuan Islam di lingkungan pesantren.


“Alhamdulillah, kalian mendapat kesempatan datang dan belajar ke Indonesia, negara dengan mayoritas Muslim. Di sini, kalian akan belajar tentang kultur dan karakter Islam Indonesia yang penuh dengan keragaman etnis dan budaya,” ujar Gus Ulil dalam sambutannya.


Ia menegaskan bahwa pengalaman belajar di Indonesia akan menjadi bekal penting bagi para penerima beasiswa, bukan hanya untuk pengembangan ilmu, tetapi juga untuk membangun pemahaman lintas budaya dalam Islam.


“Kalian adalah bagian dari angkatan pertama Beasiswa Peradaban. Kami sangat senang kalian datang ke sini. Kalian akan menjadi duta Islam Indonesia di Afrika, khususnya di negara asal kalian, Nigeria,” lanjut Gus Ulil.


Indonesia dikenal sebagai negara dengan mayoritas penganut mazhab Syafi’i, berbeda dengan Nigeria yang mayoritas menganut mazhab Maliki. Perbedaan ini, menurut Gus Ulil, akan memperkaya perspektif keislaman Sadiq dan Suleiman. Selama di Indonesia, mereka akan belajar di pesantren dan menjadi santri yang mendalami ilmu fiqih, nahwu, sharaf, balaghah, dan disiplin ilmu keislaman lainnya.


Menariknya, Sadiq dan Suleiman pertama kali mengetahui informasi tentang Beasiswa Peradaban dari seorang influencer asal Nigeria bernama Hamza Ismail Suleiman. Meskipun berasal dari kota yang berbeda, keduanya pertama kali bertemu secara langsung di Bandara Internasional Mallam Aminu Kano di Kano, Nigeria, sebelum berangkat ke Indonesia.


Sementara itu, Penanggung Jawab Program Beasiswa Peradaban, M Najih Arromadloni, menyebut Beasiswa Peradaban sebagai bentuk komitmen Nahdlatul Ulama untuk mewujudkan kontribusi nyata pada bidang pendidikan di kancah internasional.


"Beasiswa Peradaban ini adalah program pemberian biaya pendidikan yang segmen penerima manfaatnya adalah mahasiswa luar negeri yang ingin mendalami ilmu keislaman di Indonesia," jelas Najih.


Pria yang akrab disapa Gus Najih ini mengungkapkan, Indonesia merupakan negara yang tepat dijadikan tujuan belajar, baik dari segi kondisi iklim negara maupun kehidupan sosial masyarakatnya. Sebelum, belajar di kampus, para penerima beasiswa mengikuti orientasi dan mengenal lebih jauh lingkungan dan budaya di Indonesia.


"Usai orientasi, mereka nanti akan belajar dan menempuh pendidikan strata satu di Universitas KH Abdul Chalim, Mojokerto," imbuhnya. 


Lebih lanjut, Direktur NUS Muhammad Syauqilah menjelaskan, Beasiswa Peradaban merupakan salah satu dari beberapa program beasiswa yang ditawarkan oleh NUS.


Selain beasiswa untuk mahasiswa luar negeri yang ingin kuliah S1 di Indonesia, NUS juga menawarkan program pendampingan studi S2/S3 ke luar negeri dengan fokus pada bidang keilmuan STEM, serta beasiswa ke institusi ternama seperti Al-Azhar Mesir dan Maroko, serta beberapa negara lainnya.


“Beasiswa Peradaban ini menjadi pintu awal kerja sama pendidikan antara NU dan masyarakat global. Dan kalian adalah bagian dari sejarah itu,” kata Syauqillah.