Tokoh

Syekh Hasan Al-Masyath, Ulama yang Lahir dan Wafat di Bulan Syawal

Sabtu, 12 April 2025 | 09:00 WIB

Syekh Hasan Al-Masyath, Ulama yang Lahir dan Wafat di Bulan Syawal

Syekh Hasan Al-Masyath. (Foto: wikipedia)

Dalam sejarah Islam, Syawal dikenal sebagai bulan kemenangan dan heroik. Beberapa peperangan besar yang melibatkan Nabi Muhammad dan para pengikutnya melawan musuh-musuh Islam terjadi pada bulan ini. Setidaknya peperangan itu tercatat empat kali di bulan Syawal, yakni perang Uhud, Khandaq, Hunain, dan Thaif.

 

Selain peristiwa-peristiwa heroik tersebut, sejarah Islam juga mencatat satu peristiwa penting lainnya yang terjadi di bulan Syawal, yakni lahir dan wafatnya seorang tokoh besar yang dijuluki Syaikhul ‘Ulama atau gurunya para ulama, yaitu Syekh Hasan Masyath.

 

Kelahiran dan rihlah 'ilmiyyah

Nama lengkap Syekh Hasan Masyath adalah Syekh Hasan bin Muhammad bin Abbas bin Ali bin Abdul Wahid al-Masyath al-Makki. Beliau lahir di kota Makkah Mukarramah pada tanggal 3 Syawal 1317 H. Syekh Hasan berasal dari marga Al-Masyath, sebuah keluarga yang masyhur sebagai tempat menimba ilmu bagi para ulama besar Ahlussunnah wal Jama’ah di kota Makkah.

 

Sebelum mengembara menuntut ilmu di berbagai majelis para ulama, Syekh Hasan memulai perjalanan ilmiahnya dengan berguru langsung kepada ayahandanya sendiri, Sayyid Muhammad Masyath. Semangat dan perhatian orang tua beliau inilah yang mengantarkannya menjadi salah seorang ulama besar pada zamannya.

 

Syekh Hasan kemudian melanjutkan pencarian ilmunya ke Madrasah Shaulatiyyah pada tahun 1329 H/1911 M untuk mendalami ilmu agama serta berkhidmah kepada guru dan ulama setempat. Selama di sana, beliau fokus mempelajari berbagai macam ilmu, seperti fikih, hadits, ulumul hadits, tafsir, dan sebagainya.

 

Salah satu kelebihan Syekh Hasan saat belajar di sana adalah kemampuannya dalam menghafal semua matan yang dipelajari di luar kepala. Hal ini kemudian menjadikan para guru di Madrasah Shaulatiyyah mempercayainya sebagai asisten dan ditugaskan untuk mengajar murid-murid yang lain ketika ada guru yang bersangkutan sedang berhalangan.

 

Meski terhitung lama di Madrasah Shaulatiyyah, namun Syekh Hasan tak sedikit pun merasa puas. Sehingga akhirnya beliau melanjutkan pendidikannya ke negara Sudan pada tahun 1364 H/1945 M guna memenuhi panggilan Syekh Ali Mairgini. Di sana, Syekh Hasan belajar sembari mengambil sanad serta ijazah ilmu dari para ulama besar Sudan selama 5 bulan.

 

Merasa kurang puas belajar di Sudan, Syekh Hasan melanjutkan studinya ke Mesir. Di sana, beliau mengambil ilmu dari para ulama, diantaranya: Syekh Imam Zahid Al-Kautsari (seorang pemimpin ulama Dinasti Utsmaniyyah yang bergelar Imam Asy’ari pada zaman akhir karena saking luas ilmu pengetahuannya), Syekh Salamah Al-Quda’i, Syekh Muhammad Al-Khadr, dan Syekh Musthafa Hamami.

 

Setelah di Mesir, Syekh Hasan melanjutkan studinya ke Syam (Suriah) dan Lebanon. Saat di Suriah, beliau bertemu sekaligus bertabaruk dan mengambil sanad dari Syekh Abdul Aziz Uyun Assud (Mufti Hamas Suriah). Selain itu, Syekh Hasan juga berguru kepada Syekh Shaleh Al-Farfur, Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah (pengarang kitab Qimatuz Zaman), dan para ulama besar Suriah lainnya.

 

Saat di Lebanon, Syekh Hasan bertabaruk dan mengambil sanad kepada Syekh Muhammad Al-‘Arabi Al-Azuzi (seorang mufti agung Beirut). Setelah mengembara dari Syiria dan Lebanon ini, beliau kemudian Kembali lagi ke Mesir dan menetap selama kurang lebih satu bulan. Setelah itu, akhirnya beliau Kembali lagi ke tanah kelahirannya, yakni Mekah dengan membawa bekal keilmuan yang telah didapatkan.

 

Guru Syekh Hasan Masyath

Seperti kebanyakan ulama lainnya, Syekh Hasan Masyath juga mempunyai guru yang sangat banyak. Beliau meriwayatkan dan mengambil sanad dari para ulama besar di zamannya. Adapun sanad ‘ali (tinggi) beliau dapatkan dari beberapa ulama sepuh, seperti Syekh al-Bajuri dan Sayyid Ahmad Zaini Dahlan.

 

Sedangkan untuk sanad nazil (rendah), beliau dapatkan dari ratusan ulama, dan 53 diantaranya disebutkan dalam kitabnya yang berjudul, at-Tsabat al-Kabir & al-Irsyad bi Dzikri Ba’dhi ma li minal Ijazah wal Isnad. Di antara para guru beliau adalah sebagai berikut:

 
  1. Sayyid Abdurrahman Ad-Dahhan
  2. Sayyid Abdul Hay Al-Kittani
  3. Sayyid Muhammad Hasyim Al-Fuuti
  4. Sayyid Hamdan Al-Wanisi
  5. Sayyid Jamal Al-Maliki
  6. Sayyid Ali Al-Mirghani
  7. Sayyid Al-Fatih Qaribullah
  8. Sayyid Muhammad Zahid Al-Kautsari
  9. Sayyid Salamah Al-Qudhai
  10. Sayyid Abdul Aziz ‘Uyun
  11. Syekh Abdul Fatah Abu Ghuddah
 

Murid Syekh Hasan Masyath

Syekh Hasan Masyath mempunyai julukan Syaikhul ‘Ulama (gurunya para ulama). Sebagaimana julukannya, beliau berhasil mencetak ulama-ulama besar di berbagai belahan dunia. Adapun diantara para murid beliau yang paling terkenal keilmuannya adalah sebagai berikut:

 
  1. Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki (ulama pakar hadis yang fatwa-fatwanya banyak menjadi rujukan), 
  2. Maulana Syekh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid (salah satu ulama asal Indonesia dari Lombok Timur, pendiri Nahdlatul Wathan, dan Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan), 
  3. Syekh Yasin bin Isa Al-Fadani (ulama Indonesia yang dijuluki Musnidul ‘Ashri atau pemegang sanad keilmuan pada masanya).
 

Karya Syekh Hasan Masyath

Syekh Hasan Masyath termasuk ulama yang sangat produktif dalam menelorkan karya tulis ilmiah. Tercatat banyak kitab yang beliau susun dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan mulai dari fiqih, hadits, ulumul hadits, ilmu sanad, syarah, ta'liq, dan lainnya. Berikut adalah beberapa karya beliau yang terkenal:

 
  1. Al-Jawahir Ats-Tsaminah min Adillati ‘Alimil Madinah, kitab tentang ilmu Usul Fiqh mazhab Maliki, (1341 H).
  2. Inaratud Duja fi Maghazi Khairil Wara, kitab syarah dari kitab Mandzumatul Maghazi yang dikarang oleh Imam Ahmad bin Muhammad Al-Badawi As-Sinqithi, (1360 H).
  3. Raful Astar ‘an Mahyal Mukhaddarattal’ah al-Anwar, kitab tentang ilmu Musthalahul Hadits, (1349 H)
  4. At-Taqrirat Ats-Tsaniyyah fi Syarhi Mandzumatil Baiquniyyah, kitab tentang ilmu Musthalahul Hadits, (1350 H.)
  5. At-Tuhfat As-Saniyyah fi Ahwalil Warithah Arba’iniyyah, kitab tentang ilmu Faraidh, (1346 H). kitab ini menjadi cikal bakal lahirnya kitab nadzam Nahdatuz Zainiyyah dan syarahnya Tuhfatul Ampenaniyyah yang dikarang oleh Syekh Zainuddin Abdul Majid .
  6. Is'afu Ahlil Iman bi Wadzaifi Syahri Ramadhan, (1355 H).
  7. Is'afu Ahlil Islam bi Wadzaifil Haji ila Baitil Haram, (1379 H).
  8. Al-Bahjatus Saniyyah fi Syarhil Kharidah, kitab syarah nadzam Imam Dardiry dalam ilmu Tauhid, (1386 H).
  9. Al-Arba’una Haditsan fi Abwabin Syatta fit Targhib wat Tarhib, kitab kumpulan 40 Hadits yang menjelaskan tentang balasan bagi orang yang berbuat baik dan dosa, (1397 H).
  10. Nasaihud Diniyyah wa Washaya Hammah, kumpulan nasehat-nasehat beliau, (1398 H).
  11. Bugyatul Musytarsyidin fi Tarjimati Aimmatil Mujtahidin, kumpulan sejarah dan biografi empat Imam mazhab, (1383 H).
  12. Al-Hudud Al-Bahiyyah fi Qawa’idil Manthiqiyyah.
  13. Al-Irsyad Bi Dzikri Ba'dhi maa lii Minal Ijazati wal Isnad, kumpulan sanad dan ijazah beliau dari guru-gurunya, (1370 H). Setelah itu, disusun dan ditambah lagi beberapa sanad dan biografi guru-gurunya dengan judul Al-Atsbat Al-Kabir.
  14. Ta'liqot Asy-Syarifah al Lubbil Usul, kitab ini membahas ilmu Usul Fiqh.
 

Wafatnya Syekh Hasan Masyath

Di akhir hayatnya, Syekh Hasan mempunyai keinginan besar ingin membangun masid di samping rumahnya sebagai tempat ibadah sekaligus tempat belaar Al-Qur’an di sekitar rumahnya. Dan pada tepat tahun 1367 H, masid tersebut sudah bisa digunakan untuk melaksanakan shalat dan kegiatan belajar mengajar.

 

Kegiatan tersebut terus berlanjut sampai pada suatu ketika beliau mendadak sakit sehingga segera di larikan ke rumah sakit Ahmad Zahir. Menurut keterangan dokter, Syekh Hasan terserang penyakit yang merusak bagian saraf pada otaknya. Keadaan tersebut terus berlanjut dan membuat murid-muridnya tidak bisa menjenguk beliau kecuali beberapa orang terdekatnya. Hingga tepat pada hari Rabu, 7 Syawwal 1399 H beliau wafat. Dan di makamkan di perkuburan Ma’la. Wallahu a’lam.

 

Muhammad Ryan Romadhon, Alumni Ma’had Aly Al-Iman, Bulus, Purworejo, Jawa Tengah.