Trump Larang Universitas Harvard Terima Mahasiswa Asing, Akademisi: Lobi Israel di Amerika Masih Kuat
Sabtu, 24 Mei 2025 | 10:00 WIB

Akademisi Hubungan Internasional SKSG UII, Muhamad Syaroni Rofi'i saat diskusi Amerika dan Dunia Arab Pasca Kunjungan Presiden Donald Trump pada Jumat (23/5/2025). (Foto: NU Online/Suwitno)
Jakarta, NU Online
Akademisi Hubungan Internasional SKSG UII, Muhamad Syaroni Rofi'i mengungkapkan bahwa dukungan Amerika Serikat (AS) untuk Israel sulit untuk ditumpas. Pasalnya, dalam kebijakan terbaru Presiden AS Donald Trump melarangan Kampus Harvard untuk menerima dan berencana memulangkan mahasiswa asing.
"Artinya lobi Israel di Amerika tetap ada, di domestik terutama, sehingga besar kemungkinan normalisasi yang terjadi di Timur Tengah hari ini pasti ada agenda di mana Israel akan mendapatkan tempat begitu," katanya saat diskusi Amerika dan Dunia Arab Pasca Kunjungan Presiden Donald Trump di Lobi Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Salemba, Jakarta Pusat, pada Jumat (23/5/2025).
"Tetapi Harvard bersikukuh bahwa presiden tidak bisa memaksakan Harvard meninggalkan nilai-nilainya," sambungnya.
Tidak hanya Harvard, Ia mengungkapkan bahwa kebijakan dalam negeri Trump juga menyerang kampus-kampus yang pro terhadap Palestina dan antisemitisme.
"Banyak kampus-kampus kalau dia anggap pro Palestina dan anti semitis itu dia akan dibekukan. Banyak profesor-profesor yang dibekukan program-program hibah ini dibekukan," ungkapnya.
Di samping itu, kata Syahroni, Trump juga memiliki hubungan kekekeluargaan yang dengan sehingga Presiden yang sedang melanjutkan periode keduanya itu tidak bisa jauh dari kalangan Yahudi.
"Pertama dia punya menantu Jared Kushner, Jared ini Yahudi pada periode pertama Trump dia menjadi penanggung jawab politik luar negeri Amerika di Timur Tengah, artinya inikan hubungan keluarga jadi menantu," jelasnya.
Di samping itu, Profesor di University of Tennessee Robert Kelchen mengungkapkan bahwa langkah pemerintah AS untuk menghentikan penerimaan mahasiswa asing merupakan pukulan besar bagi Harvard dan mengirimkan pesan kepada universitas lain:
"Kalian bisa jadi yang berikutnya," katanya melansir Reuters dikutip NU Online pada Jumat (23/5/2025).
Tak hanya itu, Penasihat Keamanan Dalam Negeri Trump Kristi Noem menyampaikan aturan itu tidak hanya menyasar Harvard, saat ini pemerintah sedang mempertimbangkan langkah serupa terhadap universitas lain, termasuk Columbia University di New York.
"Tentu saja, kami sedang mempertimbangkannya," jawabnya. "Ini seharusnya menjadi peringatan bagi setiap universitas lain untuk membereskan masalah di institusinya," katanya di acara The Story with Martha MacCallum di Fox News.
Sebanyak 6.800 mahasiswa internasional di Harvard mewakili 27 persen dari total jumlah mahasiswanya. Menurut data dari Pusat Statistik Pendidikan Nasional (NCES) pada tahun 2023, proporsi mahasiswa asing bahkan lebih tinggi di 43 sekolah lain dengan setidaknya 1.000 mahasiswa.
Di Columbia University, yang dituduh pemerintahan Trump menerapkan kebijakan antisemitisme, mahasiswa asing mencakup 39 persen dari total jumlah mahasiswa pada tahun 2023, menurut data NCES. Di 246 sekolah lain dengan jumlah mahasiswa minimal 1.000 orang, setidaknya 10 persen berasal dari luar Amerika Serikat.